via Mongabay, 29 December 2023: Papua, known for its biodiversity and cultural diversity, hosts numerous archaeological sites including cave dwellings and open sites which are only partially researched due to challenging geography and limited access. Current threats include land use changes for development, particularly with the establishment of four new provinces. The discovery of prehistoric paintings in Berau Bay, Fakfak, and findings in various ecological zones like the highlands and coastal areas underscore the importance of these sites. Article is in Indonesian.
Peneliti Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN, Hari Suroto, menambahkan bahwa setiap aktivitas pembangunan fisik di suatu kawasan perlu dilakukan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan [Amdal]. Apalagi pada kawasan yang terdapat situs-situs arkeologi di Papua, harus menggunakan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai acuan, karena situs tersebut telah memiliki status perlindungan.
Hari menambahkan bahwa Papua memang memiliki keunikan tersendiri. Kondisi lingkungannya dibagi menjadi empat zona ekologis.
Pertama, zona rawa, pantai dan sepanjang aliran sungai. Di zona ini adalah tempat Suku Asmat, Jagai, Awyu, Yagai Citak, Marind Anim, Mimika, Kamoro, dan Waropen. Mata pencaharian utama penduduk yang tinggal di daerah hulu sungai besar dan kecil adalah meramu sagu serta berburu babi hutan dan binatang kecil lainnya, kadang mencari ikan di Sungai.
“Mereka tidak tahu berkebun dan tidak hidup menetap dalam permukiman dan hidup berkelompok serta sering berpindah-pindah tempat,” ujarnya.